Investasi ke arah pasar modal dengan menekuni dunia saham memang sedang marak diminati oleh banyak kalangan saat ini. Sebelum terjun dan benar-benar berkecimpung di dunia saham, alangkah lebih baiknya para calon investor ini untuk mengetahui beberapa pengetahuan di dalamnya, salah satunya adalah mengenai saham gocap.
Saham gocap merupakan saham yang mempunyai harga Rp.50 per lembar, yang mana di Bursa Efek Indonesia saham gocap ini menjadi batas paling bawah harga saham yang masih ditransaksikan. Anjloknya saham sampai di level seperti saham gocap juga dipengaruhi oleh banyak hal, adanya kasus para emiten dan kinerja yang buruk menjadi dua diantara penyebabnya yang sering dipublikasikan.
Padahal ada beberapa penyebab lain mengapa saham gocap bisa anjlok seperti itu, yaitu karena terlalu tingginya tekanan jual di pasar sehingga memunculkan sentimen yang tidak baik, entah itu di pasar saham secara umum ataupun hanya di sektor tersebut. Apabila saham sudah terjun di level yang amat rendah, menyebabkan nilai saham tersebut tidak lagi mengalami likuid. Hal ini juga berpengaruh besar terhadap atas penurunan harga saham ini, mereka akan kesulitan untuk menjual sahamnya.
Sebutan saham gocap di pasar modal seringnya adalah saham gorengan. Bukan tanpa sebab, julukan tersebut disematkan karena saham gocap sangat rawan naik turun tanpa ada sebab yang jelas. Tidak selalu buruk memang, masih ada beberapa saham gocap yang masih berfundamental yang lumayan untuk dipilih, namun karena beberapa waktu lalu perusahaan yang menaunginya terkena kasus, jadi mempengaruhi prospek saham gocap itu sendiri yang jadi tidak menentu.
Kabar baiknya saat ini fundamental di perusahaan tersebut sudah kembali membaik, maka harga saham juga akan ikut naik dan menguntungkan investor yang sebelumnya mengoleksi saham gocap di pasar negosiasi.
Untuk memberikan gambaran jika ingin memilih saham gocap, Beberapa rekomendasi saham gocap di bawah ini mungkin bisa menjadi pertimbangan sebelum memilih mana yang sekiranya cocok untuk dijadikan lahan investasi di pasar modal.
1. KBAG (Potensi Cuan)

Jenis saham ini baru IPO pada tahun 2020 silam, itu sebabnya namanya masih terdengar asing dan belum familiar. Letak perusahaan ini ada di Kalimantan Timur, tepatnya di kota Balikpapan. Saham ini memiliki potensi karena letaknya yang merupakan pintu masuk ibukota negara yang baru.
Itu artinya secara tidak langsung, kota Balikpapan di masa depan akan berubah menjadi kota yang lebih ramai dan strategis dari sebelumnya. Semakin ramainya suatu kota juga sejalan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan kepadatan jumlah penduduk. KBAG sendiri memegang real estate di Balikpapan, dimana ini akan sangat menguntungkan karena banyak orang-orang yang akan berminat untuk mulai menginvestasikan uang mereka ke ranah properti di ibukota baru jika nantinya akan diresmikan.Berkat itu pula perusahaan ini memiliki keuntungan yang melonjak naik pada akhir 2020 dengan presentase mencapai 98%, berbanding terbalik dengan beberapa perusahaan lain yang hampir kolaps karena pandemi.
Untuk di dunia saham, memang belum terlihat stabil karena sempat mengalami penurunan ke LQ50 akibat pandemi, rata-rata yang seharusnya di angka 2500-an, justru anjlok sampai menyentuh 700 perak. Namun saat meroket dengan big funds yang sudah mempunyai akumulasi besar, saham ini juga tidak tanggung-tanggung sampai di angka 4000. Jenis saham ini meskipun belum dikatakan konsisten untuk dipilih dan mendapatkan keuntungan secara instan dalam waktu singkat, namun mempunyai potensi yang besar untuk berjaya apabila pandemi sudah usai dan ibukota baru telah diresmikan.
2. BRMS (Gocap Berprospek Cerah)
Saham ini berada dalam naungan grup Bakrie. Meskipun saham grup Bakrie mempunyai rahasia umum berupa tumpukan hutang yang menggunung, namun saham ini mempunyai potensi yang akan maju dengan pesat. Saham ini menjadi govap karena dulunya BRMS tidak mempunyai prospek yang cukup bagus, hampir selalu mengalami kerugian dan suspend.
BRMS sempat mengalami fase naik turun hingga pada tahun 2020 silam, saham ini sudah berhasil menghimpun laba sebanyak 3 milyar pada kuartal pertama, dan melonjak ke angka 11 milyar satu kuartal berselang. Prospek yang menggiurkan dari saham ini adalah adanya tambang emas Poboya yang dimiliki oleh BRMS. Harga emas yang semakin lama semakin mempunyai nilai jual yang tinggi menjadi alasan mengapa saham ini mempunyai prospek yang cukup bagus. BUMI, salah satu aset grup Bakrie yang lepas karena terlilit hutang juga dulunya mengandalkan sumber sokongan dana BRMS sebagai pemasukannya. Prospek cerah BRMS bisa dilihat dari moncernya MDKA dan ATNM yang saat ini memiliki harga tinggi.
3. BIPI (Saham Gocap Potensial)

BIPI merupakan salah satu saham gocap yang termasuk ke dalam potensial. Emiten dari saham ini berkembang di bidang pertambangan dan merambah sampai bidang infrastruktur terintegrasi. Saham jenis ini menduduki posisi paling lama dalam menghuni LQ50 dan memiliki kinerja yang cukup baik, meskipun tidak banyak berdenyut.
Pada tahun 2019 yang lalu, perusahaan ini berhasil mengumpulkan profit di angka 272 milyar rupiah. Tahun 2020 bahkan hanya di dua kartal sudah tembus sampai 205 milyar. Pendapatan yang sangat fantastis dan menunjukkan sisi fundamental yang baik-baik saja. Saham gocap ini cukup bagus untuk dipilih karena PBV-nya yang masih tergolong normal 0.4, ROE di angka 5% dan PER-nya yang hanya 8x di tahun 2019.
Alasan mengapa saham ini ada di LQ50 adalah karena nilai hutangnya. Dimana rasio hutang mereka ada di angka 2.3 dibandingkan dengan ekuitasnya. Hal ini pula yang terkadang menjadikan para investor dilema untuk melanjutkan investasinya, apalagi di masa pandemi yang serba sulit. Namun jika melihat kinerjanya di saham ini yang dapat dibilang memuaskan, BIPI masih masuk kategori saham gocap yang fundamental bagus.
4. ENRG (Saham Gocap Berpotensi Naik)
Saham gocap ini juga masih menjadi aset grup Bakrie. ENRG memiliki potensi untuk naik dan eksis kembali karena saat ini sedang mengalami mati suri. Dikatakan berpotensi karena pada tahun 2019 lalu saham ini mendapatkan laba sebesar 389 miliar rupiah. Bahkan tahun lalu melesat sampai 58% besarnya presentase. ENRG bergerak pada bidang minyak dan gas yang sudah bereksplorasi di wilayah Indonesia sampai ke Mozambik. Pembangkit listrik di PLN Jawa timur dan Sumatera juga pemasok gasnya dari perusahaan ini.
Mendapatkan predikat saham gocap karena tak jauh-jauh dari kendala perusahaan milik grup Bakrie lainnya, yaitu permasalahan hutang. Rasio hutang di emiten ini bahkan pernah ada di angka 3x sehingga orang-orang banyak yang enggan untuk memilihnya. Sahamnya bisa terus tetap bergerak tak lain karena Bakrie Group juga turut memperbaiki kekurangan pada emiten ini.
5. PPRO (Sudah Tinggi)
Yang terakhir adalah saham gocap yang merupakan anak perusahaan dari BUMN PT PP. Saham ini sudah berada di indeks Kompas100 dan merupakan mantan dari LQ45. Fokus dari PPRO ada di bidang hotel, komersial dan residensial dan sudah menjejaki sebagai saham gocap sejak Maret tahun 2020 lalu. Alasan mengapa PPRO sampai ada di jajaran saham gocap tak lain karena dijadikan objek sasaran investasi dari Jiwasraya. Jadilah saham yang sebenarnya sudah memiliki nilai yang bagus terseret menjadi korban dan berjuang kembali untuk mengembalikan eksistensinya.